Pengertian
Pendidikan Karakter Menurut Ahli
1.
Pendidikan Karakter Menurut
Lickona
Secara sederhana, pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai
segala usaha yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi karakter siswa. Tetapi
untuk mengetahui pengertian yang tepat, dapat dikemukakan di sini definisi
pendidikan karakter yang disampaikan oleh Thomas Lickona. Lickona menyatakan
bahwa pengertian pendidikan karakter adalah
suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami,
memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti.
2.
Pendidikan Karakter Menurut
Suyanto
Suyanto (2009) mendefinisikan
karakter sebagai cara berpikir dan
berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama,
baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun negara.
3.
Pendidikan Karakter Menurut
Kertajaya
Karakter adalah ciri khas yang
dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan
mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, serta merupakan “mesin”
yang mendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap, berucap, dan merespon
sesuatu (Kertajaya, 2010).
4.
Pendidikan Karakter Menurut
Kamus Psikologi
Menurut kamus psikologi, karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik
tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang, dan biasanya berkaitan
dengan sifat-sifat yang relatif tetap (Dali Gulo, 1982: p.29).
Nilai-nilai dalam pendidikan karakter
Ada 18 butir nilai-nilai pendidikan karakter yaitu
, Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri,
Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta tanah air, Menghargai
prestasi, Bersahabat/komunikatif,Cinta Damai, Gemar membaca, Peduli lingkungan,
Peduli social, Tanggung jawab.
Faktor Pendidikan
Karakter
Faktor lingkungan dalam
konteks pendidikan karakter memiliki peran
yang sangat peting karena perubahan perilaku peserta didik sebagai hasil dari
proses pendidikan karakter sangat ditentunkan oleh faktor lingkungan ini.
Dengan kata lain pembentukan dan rekayasa lingkungan yang mencakup diantaranya
lingkungan fisik dan budaya sekolah, manajemen sekolah, kurikulum, pendidik,
dan metode mengajar. Pembentukan karakter melalui rekasyasa faktor lingkungan
dapat dilakukan melalui strategi :
- Keteladanan
- Intervensi
- Pembiasaan yang dilakukan secara Konsisten
- Penguatan.
Dengan kata lain
perkembangan dan pembentukan karakter memerlukan pengembangan keteladanan yang
ditularkan, intervensi melalui proses pembelajaran,
pelatihan, pembiasaan terus-menerus dalam jangka panjang yang dilakukan secara
konsisten dan penguatan serta harus dibarengi dengan nilai-nilai luhur
Pendidikan karakter didasarkan pada
enam nilai-nilai etis bahwa setiap orang dapat menyetujui – nilai-nilai yang
tidak mengandung politis, religius, atau bias budaya. Beberapa hal di bawah ini
yang dapat kita jelaskan untuk membantu siswa memahami Enam Pilar Pendidikan
Berkarakter, yaitu sebagai berikut :
1. Trustworthiness (Kepercayaan)
Jujur, jangan menipu,
menjiplak atau mencuri, jadilah handal – melakukan apa yang anda katakan anda
akan melakukannya, minta keberanian untuk melakukan hal yang benar, bangun
reputasi yang baik, patuh – berdiri dengan keluarga, teman dan negara.
2. Recpect (Respek)
Bersikap toleran
terhadap perbedaan, gunakan sopan santun, bukan bahasa yang buruk,
pertimbangkan perasaan orang lain, jangan mengancam, memukul atau menyakiti
orang lain, damailah dengan kemarahan, hinaan dan perselisihan.
3. Responsibility
(Tanggungjawab)
Selalu lakukan yang
terbaik, gunakan kontrol diri, disiplin, berpikirlah sebelum bertindak –
mempertimbangkan konsekuensi, bertanggung jawab atas pilihan anda.
4. Fairness (Keadilan)
Bermain sesuai aturan,
ambil seperlunya dan berbagi, berpikiran terbuka; mendengarkan orang lain,
jangan mengambil keuntungan dari orang lain, jangan menyalahkan orang lain
sembarangan.
5. Caring (Peduli)
Bersikaplah penuh kasih
sayang dan menunjukkan anda peduli, ungkapkan rasa syukur, maafkan orang lain,
membantu orang yang membutuhkan.
6. Citizenship (Kewarganegaraan)
Menjadikan sekolah dan
masyarakat menjadi lebih baik, bekerja sama, melibatkan diri dalam urusan
masyarakat, menjadi tetangga yang baik, mentaati hukum dan aturan,
menghormati otoritas, melindungi lingkunganhidup.
Tujuan dan Fungsi Pendidikan
karakter
Pendidikan karakter
pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak
mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang
dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh
iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.
Pendidikan karakter berfungsi untuk:
Pendidikan karakter berfungsi untuk:
- Mengembangkan potensi dasar agar
berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik
- Memperkuat dan membangun perilaku
bangsa yang multikultur
- Meningkatkan peradaban bangsa yang
kompetitif dalam pergaulan dunia.
Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yang mencakup keluarga, satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha, dan media massa.
Pendidikan yang
diterapkan di sekolah-sekolah juga menuntut untuk memaksimalkan kecakapan
dan kemampuan kognitif. Dengan pemahaman seperti itu, sebenarnya ada hal lain
dari anak yang tak kalah penting yang tanpa kita sadari telah terabaikan.Yaitu memberikan pendidikan
karakterb pada anak didik. Pendidikan karakter penting artinya
sebagai penyeimbang kecakapan kognitif. Beberapa kenyataan yang sering kita
jumpai bersama, seorang pengusaha kaya raya justru tidak dermawan, seorang
politikus malah tidak peduli pada tetangganya yang kelaparan, atau
seorang guru justru tidak prihatin melihat anak-anak jalanan yang
tidak mendapatkan kesempatan belajar di sekolah. Itu adalah bukti
tidak adanya keseimbangan antara pendidikan kognitif
dan pendidikan karakter.
Ada sebuah kata bijak
mengatakan “ ilmu tanpa agama buta, dan agama tanpa ilmu adalah lumpuh”. Sama
juga artinya bahwa pendidikan kognitif tanpa pendidikan
karakter adalah buta. Hasilnya, karena buta tidak bisa berjalan, berjalan
pun dengan asal nabrak. Kalaupun berjalan dengan menggunakan tongkat tetap akan
berjalan dengan lambat. Sebaliknya, pengetahuan karakter tanpa
pengetahuan kognitif, maka akan lumpuh sehingga mudah disetir, dimanfaatkan dan
dikendalikan orang lain. Untuk itu, penting artinya untuk tidak mengabaikan pendidikan karakter
anak didik.
Pendidikan
karakter adalah pendidikan yang menekankan pada pembentukan
nilai-nilai karakterpada anak didik. Saya mengutip empat ciri
dasar pendidikan karakter yang dirumuskan oleh seorang
pencetus pendidikan karakter dari Jerman yang bernama FW Foerster:
- Pendidikan karakter menekankan
setiap tindakan berpedoman terhadap nilai normatif. Anak didik menghormati
norma-norma yang ada dan berpedoman pada norma tersebut.
- Adanya koherensi atau membangun
rasa percaya diri dan keberanian, dengan begitu anak didik akan menjadi
pribadi yang teguh pendirian dan tidak mudah terombang-ambing dan tidak
takut resiko setiap kali menghadapi situasi baru.
- Adanya otonomi, yaitu anak didik
menghayati dan mengamalkan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi
pribadinya. Dengan begitu, anak didik mampu mengambil
keputusan mandiri tanpa dipengaruhi oleh desakan dari pihak
luar.
- Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan
adalah daya tahan anak didik dalam mewujudkan apa yang dipandang baik. Dan
kesetiaan marupakan dasar penghormatan atas komitmen yang dipilih.
Pendidikan
karakter penting bagi pendidikan di Indonesia. Pendidikan
karakter akan menjadi basic atau dasar dalam pembentukan
karakter berkualitas bangsa, yang tidak mengabaikan nilai-nilai sosial
seperti toleransi, kebersamaan, kegotongroyongan, saling membantu dan
mengormati dan sebagainya.Pendidikan karakter akan melahirkan pribadi
unggul yang tidak hanya memiliki kemampuan kognitif saja namun
memiliki karakter yang mampu mewujudkan kesuksesan. Berdasarkan penelitian
di Harvard University Amerika Serikat, ternyata kesuksesan seseorang tidak
semata-mata ditentukan oleh pengetahuan dan kemampuan teknis dan kognisinyan
(hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain
(soft skill).
Penelitian ini
mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen hard skill dan
sisanya 80 persen oleh soft skill. Dan, kecakapan soft skill ini terbentuk
melalui pelaksanaan pendidikan karater pada anak didik.
Berpijak pada empat ciri dasar pendidikan karakter di atas, kita bisa
menerapkannya dalam polapendidikan yang diberikan pada
anak didik. Misalanya, memberikan pemahaman sampai mendiskusikan tentang
hal yang baik dan buruk, memberikan kesempatan dan peluang untuk mengembangkan
dan mengeksplorasi potensi dirinya serta memberikan apresiasi atas potensi yang
dimilikinya, menghormati keputusan dan mensupport anak dalam mengambil
keputusan terhadap dirinya, menanamkan pada anakdidik akan arti keajekan
dan bertanggungjawab dan berkomitmen atas pilihannya. Kalau menurut saya,
sebenarnya yang terpenting bukan pilihannnya, namun kemampuan memilih kita dan
pertanggungjawaban kita terhadap pilihan kita tersebut, yakni dengan cara
berkomitmen pada pilihan tersebut.
Pendidikan
karakter hendaknya dirumuskan dalam kurikulum, diterapkan
metode pendidikan, dan dipraktekkan dalam pembelajaran. Selain itu, di
lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar juga sebaiknya diterapkan
pola pendidikan karakter. Dengan begitu, generasi-generasi Indonesia nan
unggul akan dilahirkan dari sistem pendidikan karakter.